Si Nyonya Tua Yang Berjiwa Muda Dengan Segudang Gelar
Juventus adalah salah satu klub besar di Italia bahkan dapat dikatakan terbesar jika kita melihat dua bintang yang dipasang di atas gambar kuda jingkrak. Itu menandakan bahwa mereka adalah pengoleksi scudetto yang berjumlah di atas dua puluh tepatnya dua puluh tujuh. Jumlah tersebut belum dapat disamai oleh rival mereka sekaliber AC Milan dan Inter Milan yang sama-sama baru mengoleksi tujuh belas scudetto. Dalam ajang Piala Italia bersama AS Roma, I Bianconerri menjadi kolektor terbanyak dengan Sembilan gelar. Memang jika dilihat dari gelar-gelar internasional yang telah diraih, Juventus bukan terbanyak. Sebagai contoh di Liga Champions ada Real Madrid yang telah meraih sembilan gelar Liga Champions. Atau AC Milan pengoleksi tujuh trofi Champions League.
Namun mengapa Juventus mendapatkan julukan La Vecchia Signora karena gelar yang telah mereka raih adalah yang terlengkap. Juventus telah memenangkan Liga Champions (2), Piala Winners (1), Piala UEFA (3), Intertoto (1), Piala Super Eropa (2) & Piala Interkontinental (2). Real Madrid yang oleh FIFA sebagai klub terbaik abad ini belum dapat memenangkan Winners Cup hingga ajang tersebut dilebur jadi satu dengan UEFA Cup. AC Milan yang unggul gelar dari I Bianconerri di ajang internasional memiliki cacat di UEFA Cup yang sekarang diubah menjadi Europa League.
Secara harfiah Juventus berarti anak-anak muda (youth). Pada awal didirikannya di Corso Umberto Turin oleh sekelompok pelajar, grup olahraga hanya bertujuan untuk rekreasi sejumlah pelajar. Kala itu mungkian D’Azeglio Lyceum, Eugenio dan Enrico Canfari tidak menyangka bahwa klub yang mereka dirikan akan menjadi salah satu klub terbaik di dunia. Sebelum terpilih nama Juventus terjadi perdebatan soal nama. Augusta Tourinorum sempat diusulkan, namun Juventus-lah yang dipilih dengan kostum strip pink-hitam dan Eugene Canfari sebaga prsiden pertama Juventus. Namun pada tahun 1903 Mr. Savage pedagang kain dari Inggris yang tinggal di Turin, memesankan kostum untuk Juventus dari Nottingham (Inggris). Ketika seragam itu jadi, ternyata warnanya hitam-putih. Akhirnya kostum itu dikenakan sampai saat ini hingga melahirkan julukan I Bianconerri (hitam-putih).
Scudetto pertama diraih pada tahun 1905. Prestasi Juventus sempat jatuh seiring meletusnya Perang Dunia I. Dua puluh tahun waktu yang harus dijalani Si Nyonya Tua untuk melewati masa-masa suram mereka. Hingga akhirnya mereka dapat meraih scudetto ke-2 pada tahun 1925/1926. Awal kebesaran Juventus terjadi pada musim 1930/1931 sampai 1935/1936 lima tahun berturut-turut mereka menguasai Italia. Sampai saat ini belum ada yang dapat menyamai presatasi tersebut. Pemain-pemain Juventus punya andil atas keberhasilan Italia meraih Piala Dunia dua kali berturut-turut pada tahun 1934 & 1938. Karena pada era 1930-an pemain-pemain Juventus menjadi kekuatan utama Gli Azzurri.
Presatasi La Vecchia Signora kembali menurun setelah wafatnya Eduardo Agnelli meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Juventus kembali bangkit setelah Giovanni Agnelli memimpin. Keluarga Agnelli adalah pendiri perusahaan mobil ternama di dunia yaitu FIAT. Salah satu penyebab kesuksesan Juventus hingga saat ini adalah Agnelli Family. Bagi klub ini krisis keuangan hanya dianggap angin lalu. Perubahan dilakukan oleh Giovanni Agnelli dengan membeli John Hansen dan Praest, dua pemain bintang asal Denmark. Selain itu ada juga pemain lokal yang mencuat seperti Carlo Parolo dan Giampiero Boniperti. Era ini ditandai dengan rekor Boniperti yang tampil sebanyak 444 kali dengan 177 gol. Lalu pada tahun 1955 Umberto Agnelli naik menjadi prsiden menggantikan kakaknya. Dia membeli John Charles (Wales) dan Sivori (Argentina). Berkat bantuan mereka akhirnya pada musim 1957/1958 Juventus meraih bintang pertamanya yang menandakan bahwa sepuluh scudetto telah mereka raih.
Pada pertengahan 1960-an Juventus melahirkan sebuah tim kuat yang diperkuat Dino Zoff, Gaetano Scirea, Marco Tardelli, Claudio Gentile, Anastasi dan Roberto Bettega. Ditambah pemain-pemain lainnya bintang-bintang inilah yang memberi 9 scudetti lalu menggenapinya menjadi dua puluh scudetto pada tahun 1981/1982. Sehingga Bintang ke-2 disematkan di atas lambang Juventus pada tahun tersebut. Selain itu mereka juga meraih Piala UEFA pada tahun 1977. Pada tahun 1984 Juventus meraih Piala Winners berkat bantuan bintang baru mereka yakni, Michel Platini (Prancis) dan Zbigniew Boniek (Polandia) ditambah bintang-bintang lama yang masaih bertahan seperti Zoff, Tardelli dan Bettega. Setahun kemudian mereka merebut gelar Piala Champions melawan Liverpool dengan skor akhir 1-0 yang dilaksanakan di stadion Heysel, Brussel, Belgia. Prestasi ini ditandai dengan tragedi yang menimpa para tifosi setia Juventus yang tewas pada partai final. Tragedi ini lebih dikenal sebagai tragedi Heysel.
Juventus kembali meraih Piala Champions untuk kedua kalinya pada tahun 1995/1996 dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui drama adu penalti. Lalu Juventus menambah trofinya dengan meraih Piala Interkontinental setengah tahun kemudian. Prestasi yang diraih Juventus pada era 90an sampai millennium baru berkat tangan dingin seorang Allenatore asal Italia yaitu Marcello Lippi. Ia menyumbang 4 scudetti dan masing-masing satu gelar pada Piala Champions, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental. Dengan bantuan para pemain-pemain bintang seperti Del Piero, Trezeguet, Zambrotta, Buffon, Thuram, Nedved, Camoranesi dan Davids. Final Liga Champions adalah bukti ketangguhan skuad Juventus tapi sayang mereka kalah dari AC Milan di final lewat adu penalti pada tahun 2003.
Setelah itu Juventus kembali terpuruk dengan ditandai mundurnya Marcello Lippi untuk yang kedua kalinya pada akhir musim 2003/2004. Diangkatnya Marcello Lippi menjadi pelatih Timnas Italia membuka kesempatan yang besar bagi pemain-pemain Juventus untuk memperkuat Tim Nasional Italia. Puncakya 2006 Piala Dunia berhasil diraih dengan mengalahkan Prancis melalui adu penalti setelah seri 1-1 pada waktu normal. Cannavaro bek Juventus meraih predikat pemain terbaik dunia pada tahun tersebut. Buffon yang menjadi kipper di ajang Piala Dunia pada tahun tersebut hanya kebobolan dua gol lewat bunuh diri rekan setim dan sepakan dua belas pas Zinedine Zidane mantan punggawa Juventus. Il Pinturicchio Del Piero mencetak gol ketika menghempaskan Jerman 2-0. Sebelumnya Zambrotta juga mencetak gol melawan Ukraina di perempat final.
Mundurnya Lippi digantikan dengan sang maestro lainnya yaitu Fabio Capello ia meraih scudetto 2004/2005 dan 2005/2006 sebelum dicabut karena Juventus terbukti terlibat skandal calciopoli. Luciano Moggi dan sejumlah petinggi Juventus lainnya dihukum untuk tidak aktif dalam sepak bola. Juventus pun jatuh dalam titik nadir mereka degradasi ke Seri-B ditambah pengurangan poin sebanyak 9 setelah direvisi dan ditinggal oleh banyak pemain bintangnya. Pada musim 2006/2007 Juventus berlaga di Seri-B, mereka berhasil menjuarainya beserta Del Piero yang berhasil meraih gelar Top Skorer dan berhasil promosi ke Seri-A. Pada musim 2007/2008 Juventus berlaga di Seri-A mereka langsung meraih posisi 3 dan Del Piero meraih gelar Top Skorer di akhir musim. Namun setelah hamper tiga musim kembali berlaga di Seri-A Juventus belum kembali bias meraih trofi. Banyak pemain bintang dan pelati terkenal datang dan pergi. Belum ada yang dapat kembali mengangkat Juve.
Musim ini 2009/2010 Juventus kembali terpuruk. Gugur pada fase awal penyisihan grup Liga Champions terseok-seok di liga domestic membuat pelatih Ciro Ferrarra dipecat. Hingga digantikan oleh Caretaker Alberto Zaccheronni Pada awal musim Juventus mendatangkan Felipe Melo dan Digo Ribas tetapi mereka hanya bersinar pada awal kompetisi. Disinyalir kesalahan terjadi pada manajemen Juventus yang membuat keputusan perekutan pemain. Pemain-pemain yang didatangkan tidak sesuai dengan kebutuhan tim. Jean Claude Blanc dan Alessio Secco belum mampu menyamai prestasi manajemen Juventus sebelumnya yang dipegang oleh Moggi, Bettega dan Giraudo. Hingga akhirnya Juventus seperti kehilangan Lo Spiritto La Vecchia Signora. Mereka mudah sekali dibobol gawangnya padahal di situ berdiri Portiere handal Gianluigi Buffon.
Tetapi Juventus tetaplah Juventus. Sebuah klub yang sarat akan gelar. Masa suram ini hanya sebuah fase untuk menuju kejayaan yang abadi. Si Nyonya Tua sudah berpengalamam melalui masa-masa sulit seperti ini. Setelah spirit La Vecchia Signora kembali mereka pasti akan kembali jaya. Mereka masih lapar akan gelar walaupun mereka telah meraih banyak trofi. Setelah membaca sejarah Juventus di atas kita dapat mengetahui bahwa Juventus bukan sudah lelah karena mereka Nyonya Tua. Justru mereka adalah Si Nyonya Tua yang berjiwa Muda yang masih akan tetap dan terus berprestasi. Forza Juve, Forza Juve, Forza Juve.
Senin, 08 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar