Liarnya Si Buaya Hijau Dari Timur Jawa
Persebaya adalah klub sepak bola yang berasal dari Surabaya. Surabaya adalah ibukota dari Propinsi Jawa Timur. Daerah yang dikenal sebagai salah satu pusat perkembangan sepak bola Indonesia. Persebaya didirikan pada 18 Juni 1927. Berawal dari dua persatuan sepak bola yaitu: SIVB (Soerabaja Indische Voetbal Bond) dan SVB (Soerabaja Voetbal Bond). Awalnya keduanya bersaing. SVB mewakili keturunan Belanda sedangkan SIVB asosiasi sepak bolanya penduduk pribumi kota Surabaya. Keduanya bersaing untuk menjadi wakil yang sejati dari kota Surabaya. PSSI yang berdiri pada tahun 1930 menilai bahwa SIVB lebih pantas menjadi wakil Surabaya, karena berisi orang asli Indonesia yang bermukim di Surabaya dan sekitarnya. Namun SVB tidak mau kalah, mereka aktif di asosiasi sepak bola Belanda yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Pada waktu itu Belanda adalah penjajah Indonesia.
Persaingan di antara mereka baru mulai mengendur pada saat penjajahan Jepang tahun 1942. Akhirnya kedua persatuan sepak bola tersebut melebur menjadi satu yaitu bernama Persibaya. Selain itu tanggal berdirinya SIVB yaitu 18 Juni 1927 disepakati sebagai lahirnya tim yang berjuluk Bajul Ijo ini. Pada medio ini Persibaya berhasil menjadi juara sepak bola Perserikatan tepatnya pada tahun 1941. Bajul Ijo kembali menjadi juara pada tahun 1950. Bahkan Persibaya mampu menjadi juara era Perserikatan selama tiga tahun berturut-turut dari 1950 - 1952.
Pada era 1960-an nama Persibaya (Persatuan Sepak Bola Indonesia Surabaya) diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Kata Indonesia tidak melekat lagi pada nama baru klub kebanggan masyarakat kota Surabaya. Green Force baru kembali juara pada tahun 1978 dengan nama Persebaya. Pada tahun 1979 muncul kompetisi sepak bola tandingan Perserikatan yaitu kompetisi Galatama. Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada tahun 1988 Persebaya kembali juara kompetisi Perserikatan.
Pada tahun 1994 kompetisi sepak bola Indonesia yang sebelumnya terpecah menjadi dua yaitu Perserikatan dan Galatama dilebur jadi satu oleh PSSI menjadi Liga Indonesia. Pada musim kompetisi Liga Indonesia yang pertama ini Green Force menduduki peringkat enam di wilayah timur. Persebaya menjadi juara pada musim 1996/1997 dengan mengalahkan Bandung Raya di final yang berkedudukan akhir 3 - 1 untuk Bajul Ijo. Pada waktu itu pemain bintang Persebaya banyak sekali. Diantaranya bintang lokal yang merupakan jebolan timnas PSSI Primavera di Italia yaitu: Hendro Kartiko, Sugiyantoro, Anang Ma’ruf, Aji Santoso, Uston Nawawi, Chairil Anwar, Alm. Eri Erianto. Pemain luar negeri yang terkenal Reinold Pieterz dan Jacksen F. Tiago. Malah Jacksen F. Tiago mampu muncul sebagai Top Skor liga di akhir musim tersebut. Dengan pelatih Rusdi Baahalwan kala itu Persebaya sangat ditakuti di Indonesia. Tahun 1998 Persebaya sempat mengikuti AFC Club Championship sebagai wakil dari Indonesia. Namun Persebaya hanya mencapai babak pertama. Waktu juara Liga Indonesia itu Bonek (Bondo Nekat) supporter fanatik Persebaya membanjiri Jakarta untuk mendukung tim kesayangan mereka. Perkembangan Persebaya tidak bisa dipisahkan dari Bonek Mania. Bonek suporter yang sangat eksentrik ketika mereka mendukung Persebaya. Dengan atribut khasnya yang serba berwarna hijau. Mereka selalu menggunakan kereta dengan membawa ongkos yang sedikit ketika Bonek pergi ke kandang lawan. Yang hebat dari Bonek adalah loyalita mereka yang tanpa batas. Kekerasan yang dilakukan semata-mata karena mereka mendukung tim kesayangan mereka yaitu Persebaya Surabaya. Namun perlahan-lahan stigma negatif yang terlanjur melekat pada Bonek sedikit demi sedikit mulai luntur. Musim 1997/1998 Liga berhenti di tengah jalan karena Indonesia dilanda krisis finansial. Padahal waktu itu Persebaya sedang berpeluang untuk mempertahankan gelar. Musim berikutnya liga kembali bergulir Persebaya lolos ke final tapi sayang mereka dikalahkan oleh PSIS Semarang dengan skor 0 - 1. Pertandingan dilakukan di Stadion Klabat, Manado.
Memasuki era Millenium baru prestasi Persebaya tidak stabil. Puncaknya pada tahun 2002 Persebaya degradasi ke divisi 1. Setahun berikutnya Persebaya kembalai promosi ke divisi utama dengan predikat juara kompetisi divisi 1. Dan tahun berikutnya langsung dapat menjuarai Liga Indonesia untuk kedua kalinya. Dengan pemain bintang mereka seperti: Danilo Fernando, Hendro Kartiko, Mursyid Effendi, Leonardo Gutterez, Nova Arianto, Mat Halil, Anang Ma’ruf, Uston Nawawi, Kurniawan Dwi Yulianto dan Christian Carascao. Pada tahun 2005 Persebaya kembali degradasi. Namun setahun kemudian Persebaya mampu kembali menjuarai liga divisi 1. Sehingga berhasil promosi ke divisi utama lagi. Pada musim 2007/2008 Persebaya gagal lolos ke Indonesia Super League yang diadakan setahun kemudian. Karena Persebaya hanya mampu menduduki peringkat 14 wilayah timur.
Setahun kemudian Persebaya berhasil lolos ke ISL setelah menduduki peringkat empat dan menang playoff atas PSMS Medan dengan adu penalti. Tahun pertama keikutsertaan Persebaya di ISL saat ini terseok-seok. Persebaya masih berada di papan tengah klasemen ISL. Padahal materi pemain mereka cukup mumpuni, seperti: Andi Odang, Korinus Fingkrew, Ngon A. Djam, Anang Ma’ruf, Mat Halil, John Tarkpor, Josh McGuirre, Takatoshi Uchida, Anderson Da Silva, Supriyono dll. Belum lagi kasus Bonek yang terlibat tawuran di Solo sepulang dari mendukung tim kesayangan mereka di Bandung. Sehingga berbuah hukuman larangan mengenakan atribut Bonek ketika mendukung Persebaya. Stadion Gelora 10 November Tambak Sari kini tak lagi hijau. Namun saya yakin Bonek tetap mendukungmu. Green Force, Green Force, Green Force.
Rabu, 10 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar